
Hanya dari sehelai daun, ia mengikhtiar hidupnya. Terdapat banyak fungsi daun. Selain menjadi dapur tetumbuhan, juga banyak sekali fungsi lainnya. Mulai dari dijadikan pembungkus makanan, bahan farmaka, payung, dan/atau sebagai makanan ternak (pakan).
Pagi ini, seorang peternak yang sedang memelihara sepasang ternak kambing (prakiraan berumur 6 bulan), di pagi buta, sudah berangkat dari pondoknya memburuh dedaunan unt pakan kambingnya. Rutinitas seperti itu, setiap pagi dan sore berjalan kaki, ditemani oleh sebatang bambu yg menjadi pegangan pisau aritnya. Si Udin (bukan nama sebenarnya) sdh berkeliling ke tempat yg mungkin ia dpt memetik dedaunan. Karena ternak piaraannya adalah kambing (browser: peramban), maka pilihannya adalah daun dari pepohonan.
Tak urung lagi, ia ketemu dgn pohon ketapang (Terminalia catappa) yang rindang dan daunnya hijau royo-royo karena kebetulan saat ini sedang musim penghujan.
Dia potong cabang dan/atau ranting yg berdaun lebat. Setelah dirasa cukup, ia mengemas dan diikat semua batang/rantingnya. Selanjutnya, ia pulang dengan membawa seikat daun ketapang yg diprakirakan memadai sebagai diet ternak kambingnya. Dia tidak serakah memotong semua daun muda yg ada di hadapan matanya. Ia berpikir ttg hari esok yg mesti kembali ke pohon yg sama unt 3 hari cadangan pakannya.
Ia pulang dengan bahagia sambil tersenyum lepas karena di pundaknya terbeban keluarga kecil yg menanti kedatangannya di rumah (isteri, seorang anak perempuan berumur 4 thn, dan 2 ekor kambingnya yg jantan dan betina). Pekerjaan yg sama, diulangi setiap pagi dan sore dengan penuh imajinasi sederhana. Kelak di bulan Idul Adha (Idul Qurban) akan dapat menjual seekor kambing jantan yg akan dibeli oleh yg berpunya unt hewan qurban dgn harga pantastis.
Ia menghayal sambil tersenyum seolah-olah sdh menggenggam uang seratus ribu berwarna merah. Ia menghayal ttg baju baru daster isteri, uang sekolah putrinya yg akan masuk TK, dan sisanya akan diperuntukan membeli kambing betina berumur 6 bulan sebagai tambahan indukan.
Hayalannya sungguh sangat sederhana. Tidak seperti hayalan sang ASN yg gaji tiap bulan mengalir ke rekeningnya. Apalagi ASN Dosen yg sedang membayangkan TUKIN yg jumlahnya melebihi yg dikhayalkan oleh si peternak kambing.
Setelah saya melakukan wawancara singkat, si pemikul daun ketapang itu, pergi yg dihantarkan oleh pandangan mata saya yg sedikit berbinar. Hidup kadang tdk fair. Ada segelintir org di negeri ini yg dengan bangga mengkorupsi aset (uang) negara bermilyar-milyar, ada ASN yg ke kantornya datang di pagi buta untuk menyetor mukanya ke tembok ajaib yg terpasang mesin dungu, perekam wajah ASN. Ting ting ting, OK, tanda ia hadir dan dgn cara yg sama dia datang lagi. Kondisi seperti itu ada yg menjulukinya pegawai negeri-705. Apa itu?, “absensi jam 07 pagi dan sore 17.00, di antara jam itu ybs tdk di kantor (0 artinya tdk ada di kantor). Tapi gajinya lumayan banyak. Semoga hal seperti itu, hanya dilakukan oleh segelintir pegawai rendahan, bukan GB, direktur, atau kepala bagian, dan pejabat.
Beda sekali dengan peternak kambing tadi. Tidak punya kantor, tdk ada golongan gajinya, tdk ada Tukin yg diharapkan, dan lain-lain tunjangan. Ia rela bergatal-gatalan oleh gigitan semut merah yg terikut di daun ketapang, dihiasi oleh orkestra perut keroncong krn belum sarapan, dan sudah basah dgn keringat sebelum ia mandi. Itulah perjuangan pahlawan kampung, yang mungkin juga berharap akan mendapat jatah nasi gratis untuk isterinya yang sedang hamil muda, dari Program Mercusuar “Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diperkirakan anggarannya 7,1T. Jika menyimak angka uangnya, mungkin juga si peternak itu tdk paham tentang T yg tertera di belakang angka Rp itu karena ia adalah salah satu dari warga yang putus sekolah (SD tdk tamat) dan isterinya pun demikian.
Hidupnya hanya disandarkan kepada kambing dan daun ketapang. Ia masih berharap, semoga pohon ketapang yg tumbuh liar di pinggir jalan raya itu, tidak dipankas oleh petugas PLN atau ditebang oleh petugas PU yg sedang memulai pelebaran jalan raya, sebagai proyek baru di awal tahun.
Demikianlah, secuil catatan teras di akhir pekan dengan harapan dan doa agar daun pohon ketapang dan pohon-pohon lain yang berkemungkinan menjadi sumber pakan masih tegak, tumbuhkembang, dan berdaun lebat. Karena dedaunan itu yg menjadi lembaran uang hayalan para pengangon ternak gurem.
Tulisan ini harus saya akhiri karena diganggu oleh bisingnya bunyi seekor insek (takedek: bahasa Samawa, red), yang menurut tahayul orang kampung, bunyi itu menjadi penanda bahwa hari akan panas atau hujan akan mulai menyurut intensitasnya!. Demikianlah sekelumit catatan teras di pagi ini, semoga bermakna [19-01-2025].
Hanya dari sehelai daun, ia mengikhtiar hidupnya. Terdapat banyak fungsi...
Leave A Comment