Dr. Ir. L. Hardi Prasetyo, Pakar Ternak Bebek Hibrida

Peluang usaha ternak bebek hibrida hingga kini kian menjanjikan. Lihat saja di berbagai kota, permintaan daging bebek untuk kuliner terus meningkat. Dari warung kali lima hingga resto mewah, menu masakan bebek menjadi pilihan dilirik setelah menu olahan ayam. Rasa khas daging bebek goreng menjadi rekomendasi untuk para pemburu kuliner. Sementara itu, di sisi peternak hingga distribusi daging, kebutuhan dan kesediaan suplai daging bebek yang meningkat menjadi masalah.

Jika dibandingkan, jumlah peternak ayam jauh lebih banyak dibandingkan dengan peternak bebek. Selain itu, untuk menyuplai daging bebek secara cepat, perlu jenis bebek “unggulan”yang cepat panen. Jenis ini dimiliki bebek hibrida; bebek dengan cita rasa daging yang gurih seperti ayam kampung serta tekstur yang lembut dan rendah kolesterol. Berbagai penelitian pun telah dilakukan untuk menciptakan generasi baru bebek hibrida yang bisa tumbuh cepat dengan berat badan ideal. Salah satunya dilakukan oleh Dr. Ir. Laurentius Hardi Parsetyo, M.Agr.

Pakar ternak bebek hibrida ini telah cukup lama berkecimpung di bidang penelitian unggas. Dimulai saat mendapatkan gelar sarjana pertanian (jurusan Statistika Pertanian) pada tahun 1976 dari Institut Pertanian Bogor. Pendidikan S2 ditempuh pada University of Sydney Australia tahun 1983 dengan gelar Master of Agriculture (M.Agr).

Sedangkan gelar doktoral (Ph.D) diperoleh tahun 1988 dari North Carolina State University, di Amerika. Yang bersangkutan melanjutkan ke Post-Doctoral pada tahun 2001-2002 dengan judul Genetic Approach in Advanced Livestock Breeding and Conservation program pada University of Sydney di Australia.

 

 

RIWAYAT PENDIDIKAN

1988 : Ph.D. dalam bidang Genetika Kuantitatif, North Carolina State University, USA
1983 : Master of Agriculture dalam bidang Genetika Kuantitatif, Sydney University, Australia
1976 : Sarjana Pertanian dalam bidang Statistika Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Indonesia

 

 

PENGALAMAN KERJA

1977-2016 : Peneliti pada Balai Penelitian Ternak, Bogor, Indonesia
2003-2005 : Ketua Program Unggas dan Aneka Ternak, Balai Penelitian Ternak
Jan.-April 1996 : Research Fellow pada National Institute of Agrobiological Resources, Tsukuba, Japan
2001-2002 : Research Fellow pada ‘REPROGEN’, University of Sydney, Sydney, Australia
2000-2010 : Anggota Sub Komisi Bibit Ternak Unggas, Direktorat Jenderal Produksi dan Kesehatan Hewan
2001-2016 Anggota Dewan Redaksi “Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner”

 

 

KETERLIBATAN DALAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PETERNAKAN ITIK

  1. Evaluasi produksi berbagai jenis itik di Indonesia.
  2. Evaluasi persilangan diantara jenis-jenis itik lokal di Indonesia.
  3. Pengembangan sistem pembibitan itik petelur pada beberapa lokasi di Jawa, dan pendampingan pembibitan itik di masyarakat.
  4. Menghasilkan galur-galur komersial itik petelur dan itik pedaging unggul.
  5. Pendampingan pembibitan itik di BPTU-HPT Pelaihari, Kalsel, dan usaha pembibitan itik swasta.
  6. Nara sumber dalam berbagai pelatihan budidaya itik kepada pelaku usaha peternakan.
  7. Nara sumber dalam pelaksanaan bimbingan teknis peternak dan petugas daerah oleh berbagai dinas peternakan di daerah sentra-sentra itik.
  8. Nara sumber dalam pelatihan budidaya itik kepada kelompok peternak di Selangor, Malaysia.
  9. Pembicara dalam seminar unggas air tingkat nasional dan internasional.
  10. Pelestarian dan pengembangan beberapa jenis plasma nutfah itik lokal yang ada di Indonesia.

 

Dr. Ir. L. Hardi Prasetyo, merupakan salah satu anggota tim Balibangtan yang memberikan kontribusi teknologi berupa pemurnian galur-galur sebagai parent stock, introduksi bibit PMp sebagai male line untuk itik pedaging, serta introduksi itik Mojosari dan Alabio terseleksi untuk itik petelur dan sekaligus untuk pemurnian/pelestarian itik mojosari.

Menurut informasi yang diperoleh bahwa saat ini hampir semua peternak di Desa Modopuro menggunakan ternak bebek hibrida tersebut untuk produksi itik potong yang permintaannya memang sangat tinggi, dan jarang ada peternak yang masih memelihara itik Mojosari murni sebagai itik potong. Hal ini menimbulkan kekuatiran bahwa itik Mojosari akan hilang di daerah asalnya sendiri.

Untuk itulah Tim dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) mengunjungi peternak itik di Desa Modopuro, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto yang telah mengembangkan pembibitan itik potong dengan menggunakan itik hibrida.

Sapi Dapat Hidup Hingga Usia Berapa Tahun?

Sapi perah adalah jenis sapi yang dikembangbiakkan secara khusus karena kemampuannya dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar. Pada umumnya, sapi perah termasuk dalam spesies Bos taurus. Pada awalnya, manusia tidak membedakan sapi penghasil susu dengan sapi potong. Apapun jenisnya, seekor sapi dapat digunakan untuk menghasilkan susu (sapi betina) maupun daging (umumnya sapi jantan). Baca selengkapnya...

Peduli Lingkungan, Volvo Tak Lagi Pakai Kulit Sapi dalam Produksi Mobilnya

Salah satu faktor yang digunakan untuk mengukur kemewahan dari interior mobil adalah penggunaan pelapis joknya. Jika jok dilapisi dengan material kulit sapi asli, maka harga jualnya akan jauh lebih tinggi ketimbang mobil lain yang dilapisi dengan bahan kain biasa. Namun ternyata, ada fakta yang cukup memprihatinkan terkait dengan jok kulit sapi ini. Dilansir dari Autoevolution, Senin, 21 November 2016, bisnis jok kulit asli melibatkan tidak kurang dari 45 juta kulit sapi setiap tahunnya. Baca selengkapnya...

Mbah Gareng, Sapi Monster Dari Purworejo

Mbah Gareng adalah nama seekor sapi yang dinobatkan sebagai sebagai sapi terberat di Indonesia, karena bobotnya mencapai 1.130 kilogram. Dengan kulitnya berwarna putih keabu-abuan, badannya memang tampak kekar berotot, bahkan tingginya mencapai dua meter dari kaki sampai ke punuk. Baca selengkapnya...