RAGAM INFORMASI

TENTANG DUNIA PERSAPIAN

Daya Tahan Tubuh Yang lemah Karena Penyakit Jembrana, Kerap Terjadi Pada Sapi Bali

Penyakit Jembrana merupakan penyakit yang banyak ditemui pada ternak sapi di Bali. Penyakit ini umumnya menyerang sapi, baik sapi potong maupun sapi perah, yang berusia di atas 1 tahun (dan paling banyak ditemukan pada sapi berusia 4-6 tahun). Penyebabnya adalah virus Jembrana; virus baru yang diketahui berasal dari kelompok Lentiviridae yang merupakan satu kelompok dengan virus HIV AIDS.

Temuan di lapangan mengindikasikan bahwa daya tahan tubuh yang lemah karena ulah virus jembrana. Karenanya, jika tidak tertangani dengan baik, sapi yang mengidap penyakit Jembrana ini akan mati. Penyakit ini ditularkan lewat lalat (lalat tapis), caplak, dan nyamuk melalui darah yang dihisap. Ketika serangga tersebut menghisap darah sapi yang terkena jembrana dan menggigit sapi lain yang sehat, sapi yang (tadinya) sehat tersebut dapat tertular penyakit jembrana.

Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pemerintah mengeluarkan larangan penjualan sapi Bali ke luar wilayah Bali. Akibat dari pelarangan ini adalah harga penjualan sapi Bali yang cenderung stagnan atau sulit untuk naik. Hal ini tentu saja merugikan peternak sapi Bali. Selain itu, penyakit ini juga mengancam populasi sapi Bali.

Seperti diketahui, sapi Bali merupakan sapi ras asli Indonesia yang dikenal dapat hidup di area yang tidak terlalu subur dan memiliki daya cerna yang baik terhadap pakan. Bila daya tahan tubuh yang lemah karena penyakit Jembrana tidak tertangani dengan baik, sapi Bali terancam punah. Jika terjadi, ini akan menjadi kerugian besar untuk Indonesia.

Untuk mencegah tejadinya hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, para peternak sapi Bali hendaknya mengetahui gejala dan cara penanganan penyakit Jembrana ini. Berikut adalah gejala dari penyakit Jembrana:

  • Sapi terlihat lesu dan mengalami penurunan nafsu makan.
  • Sapi mengalami demam (40-42 derajat Celsius) dan pendarahan ekstensif pada area di bawah kulit dan banyak ditemui pada daerah panggul, punggung, perut, dan skrotum (karenanya, penyakit ini sering disebut sebagai penyakit keringat darah). Terkadang diikuti dengan diare berdarah.
  • Sapi mengalami pembengkakan pada kelenjar limfe (terutama limfoglandula prefemoralis dan preskapularis).
  • Terdapat luka pada selaput lendir dan mulut
  • Sapi mengeluarkan ingus di luar kenormalan.

Ketika mendapati sapi dengan gejala tersebut, untuk memastikannya, peternak dapat melakukan uji ELISA atau AGP (Agar Presipitation Gel) di laboratorium. Jika memungkinkan, sebaiknya lakukan uji ELISA karena hasilnya lebih meyakinkan dibandingkan uji AGP. Jika setelah pengujian dipastikan bahwa daya tahan tubuh yang lemah karena penyakit Jembrana, maka peternak perlu melakukan hal-hal berikut ini:

  • Karantina; Memisahkan sapi yang sakit dari sapi yang sehat, hingga sapi yang sakit tersebut sehat kembali. Saat sapi tersebut sehat, dia dapat kembali dipelihara bersama sapi yang lain.
  • Sanitasi; Membersihkan peternakan dan kandang setiap hari, untuk mencegah terbentuknya lingkungan yang kotor. Lingkungan yang kotor merupakan rumah yang ideal untuk serangga yang dapat menularkan penyakit ini. Sampah yang ada hendaknya dijadikan kompos, karena proses kompos mematikan larva serangga yang menempel pada tanaman.
  • Penyemprotan; Kandang atau peternakan sapi, hendaknya disemprot antiserangga dengan rutin dan berkala sesuai dengan aturan yang dikeluarkan dinas peternakan.
  • Pemeliharaan yang baik; Sapi diberikan kandang yang layak dan pakan yang sehat untuk membantu sapi tumbuh sehat. Jika sapi kembali sehat, daya tahan tubuhnya akan kembali normal dan dapat melawan penyakit atau virus yang menyerang.

Langkah yang paling penting dalam mengantisipasi daya tahan tubuh yang lemah karena penyakit Jembrana ini adalah melakukan pencegahan. Agar setiap sapi terbentuk kekebalan terhadap penyakit jembrana, pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan vaksin jembrana kepada semua sapi yang sehat sesuai dengan aturan. Vaksin ini berasal dari plasma hewan yang telah diinfeksi buatan dan diproduksi oleh BCDIU Denpasar.

Semoga informasi di atas dapat membantu para peternak sapi Bali dalam mengantisipasi penyakit Jembrana.

Miliki Tubuh bak Binaragawan, Apa Keistimewaan Sapi Belgian Blue?

Asal-muasal serta keistimewaan Sapi Belgian Blue belum banyak terdengar gaungnya di Tanah Air. Usia kedatangan jenis sapi superior asal Belgia ini ke Indonesia, memang baru menginjak delapan tahun. Sehingga, potensinya masih asing bagi kalangan awam. Baca selengkapnya...

Perbandingan Harga Sapi Limosin dan Simental, Mana Yang Lebih Mahal?

Di Indonesia ada 2 jenis sapi yang sangat populer karena performa dan bobotnya yaitu sapi Simental dan sapi Limosin. Tampilan kedua jenis sapi ini memang terlihat lebih gempal dan bongsor jika dibandingkan dengan sapi lokal, sehingga ‘menggoda’ mata para pedagang daging dan pemburu hewan kurban. Baca selengkapnya...

Penyakit Demam Tiga Hari Pada Sapi, Meski Ringan Namun Merugikan

Nyamuk ternyata tidak hanya mengisap darah manusia, tetapi juga hewan ternak seperti sapi. Tak sekedar mengisap darah, nyamuk tersebut juga menularkan Penyakit Demam Tiga Hari pada sapi, atau dalam Bahasa ilmiahnya disebut sebagai Bovine Ephemeral Fever (BEF), dan dalam Bahasa Inggris sebagai Three Days Sickness. Banyak juga peternak yang menggunakan istilah gomen untuk menyebut penyakit ini. Meski tidak terlalu berat, penyakit ini dapat membuat kerugian cukup besar pada peternak sapi, karena… Baca selengkapnya...

Cara Menjinakkan Sapi

Kegiatan menunggang sapi atau gerobak sapi di Desa Bengking menjadi salah satu cara memanfaatkan potensi pertanian dan pariwisata daerah. Pendapatannya memang cukup menggiurkan. Tarif menunggangi sapi senilai Rp50.000 per orang. Sedangkan tarif gerobak sapi ukuran besar senilai Rp250.0000. Gerobak besar bisa ditumpangi 10-12 orang dewasa atau 15-20 anak-anak. Menurut keterangan salah satu peternak sapi di Desa Bengking, yaitu Yanto alias Mas Petruk, untuk dapat menggunakan sapi sebagai hewan… Baca selengkapnya...