Wagyu adalah gabungan dari dua suku kata yaitu Wa=Jepang dan Gyu=Daging Sapi. Jika digabungkan maka dapat diartikan sebagai daging sapi dari Jepang. Di negara asalnya, ternyata tidak semua orang mampu membeli daging yang dihasilkan dari hasil “pemuliaan” antara sapi Aberdeen Angus dan Sapi Lokal ini.
Pemuliaan merupakan terjemahan langsung dari istilah bahasa Belanda: veredeling; Inggris: breeding, merupakan cara atau kegiatan yang dilakukan untuk menjaga kemurnian galur atau ras sekaligus memperbaiki produksi atau kualitasnya.
Proses pemuliaan ini tidaklah sebentar, untuk menghasilkan sapi jenis baru dengan karakteristik yang unggul butuh waktu hingga puluhan tahun. Bahkan khusus untuk wagyu, agar menghasilkan daging sapi yang empuk dan menambah pemarmerannya masih harus melalui beberapa tahapan lagi.
Tiga bulan setelah dilahirkan, wagyu harus dipelihara secara khusus didalam kandang yang suhunya stabil saat terjadi perubahan cuaca, jauh dari keramaian supaya bebas dari stress, diberi makanan dari biji-bijian serta dipijat secara rutin dengan teknik tertentu.
SEJARAH DAGING MELTIQUE
Bermula dari para pakar kuliner dari Jepang, yang mencari cara untuk menghadirkan daging dengan pola marbling (pola khusus dan halus dari jaringan lemak pada serabut otot daging sapi) secara buatan atau “artificial marbling”, sehingga penampakannya mirip wagyu.
Perlu diingat, proses artificial ini bukanlah mengubah daging biasa menjadi wagyu asli, melainkan hanya dibentuk mirip saja. Proses meltique ini juga cukup murah dan mudah, sehingga hasilnya bisa dijual dengan harga yang jauh lebih terjangkau.
Serangkaian percobaan pun dilakukan, pada akhirnya mendapatkan satu metode yang hasilnya mendekati yaitu dengan menginjeksi daging sapi dengan minyak tertentu.
Metode dan prosesnya terinspirasi dari metode kuliner tradisional Prancis yang disebut "Pique". Dalam metode tradisional tersebut, racikan lemak dan rempah tertentu sengaja disuntikkan ke dalam daging yang masih polos menggunakan jarum khusus.
Namun demikian, tidak semua bagian daging sapi bisa yang diolah dengan proses meltique, melainkan hanya daging yang memiliki serat padat dan sedikit lemak seperti dari sekitaran pinggul.
Minyak yang disuntiikan juga hanya minyak tertentu yaitu minyak yang berasal dari biji bunga canola yang dihasilkan dari bunga tanaman Brassica napus L. Dari bunga yang berwarna kuning tersebut akan didapatkan biji polong yang setelah dipanen akan diolah dengan cara dihancurkan untuk mengeluarkan minyaknya.
Nama canola ternyata merupakan perpaduan antara can dari Canadian (orang Kanada) dan ola dari oil (minyak). Hal tersebut berhubungan dengan produksi minyak canola yang pertama kali dibuat oleh Kanada yang sekaligus berperan sebagai produsen utama minyak tersebut, walaupun saat ini sudah banyak negara yang telah mampu membuatnya sendiri.
Di dunia kuliner, minyak canola adalah salah satu jenis minyak sayur (nabati), selain minyak zaitun dan minyak biji bunga matahari. Berdasarkan penelitian, minyak canola bermanfaat untuk menyehatkan jantung, mengontrol kolesterol, hingga mengurangi peradangan.
Sedangkan pada proses pembentukan meltique, minyak canola berfungsi untuk menciptakan tampilan daging yang lebih menggiurkan seperti marbling pada wagyu, tanpa efek samping yang mengubah cita rasanya, sehingga disebut sebagai wagyu "imitasi".
Meskipun tampilannya mirip wagyu, tetap ada sejumlah perbedaan yang sangat signifikan yaitu:
- Marblingnya dan warnanya berbeda dengan wagyu yang polanya lebih halus dan rumit serta warna lemaknya yang putih bersih.
- Lemaknya memerlukan waktu sedikit lebih lama untuk meleleh di mulut jika dibandingkan dengan wagyu.
- Kelembutan teksturnya mirip dengan wagyu sehingga mudah dipotong hanya dengan menggunakan sendok.
- Walaupun gizinya setara dengan daging sapi regular, plus khasiat dari minyak canola, daging yang dibentuk melalui proses meltique tidak memiliki kandungan asam lemak tak jenuh serta omega 3 dan 6 yang tinggi seperti wagyu.
- Harganya sudah pasti lebih murah dari wagyu, meltique setelah diolah menjadi steak harganya sekitar 100 ribu rupiah per porsi. Sementara harga wagyu bisa mencapai 4 bahkan 8 kali lipatnya.
Setelah percobaan para ahli berhasil, proses pembuatan meltique beef ini kemudian dikembangkan oleh perusahaan Jepang bernama Hokubee Co., Ltd, pada tahun 1984.
Untuk memastikan keamanannya bagi konsumen, ketika akan dipasarkan, meltique beef telalh melalui serangkaian uji coba dan evaluasi yang dilakukan oleh badan pengawas pangan Jepang. Insitusi ini juga mewajibkan produsen Meltique berkomitmen pada keberlanjutan produksi minyak tumbuhan yang digunakan, harus berasal dari sumber yang dapat diperbaharui.
Sejak diperkenalkan ke publik, Meltique telah diterima dengan baik oleh konsumen di seluruh dunia. Tidak ada laporan signifikan mengenai efek samping dari konsumsi daging ini.
Kesimpulannya, daging Meltique tidak hanya menawarkan alternatif daging sapi berkualitas tinggi yang lebih terjangkau, tetapi juga aman untuk dikonsumsi.
Namun, seperti halnya dengan semua jenis makanan, konsumen tetap disarankan untuk memperhatikan asupan dan selalu membeli daging dari sumber yang terpercaya.
PENJUALAN MELTIQUE
Ketika berada di restoran atau meat shop yang menawarkan daging sapi yang diberi label “daging meltique wagyu’, ‘wagyu meltique’, dan sebagainya. Ingatlah bahwa daging tersebut bukanlah wagyu melainkan meltique.
Namun sayangnya, tidak semua pemilik resto atau meat shop dengan terbuka memberi informasi dan edukasi secara lengkap kepada konsumen. Akhirnya, banyak konsumen yang terkecoh mengira yang mereka beli adalah wagyu, padahal yang sebenarnya adalah meltique.
Lalu, bagaimana cara agar tidak tertipu? Lakukan 3 langkah berikut:
1.Melihat Harga
Dunia sudah mengenal wagyu sebagai daging premium. Dengan rangkaian proses pengolahannya yang rumit, ketat, dan memiliki standar kualitas tinggi, sudah pasti wagyu dibandertol dengan harga yang lebih mahal dari daging sapi pada umumnya. Jadi, patut curiga ketika menemukan ada yang menjual wagyu dengan harga daging biasa.
2. Jadilah Konsumen Yang Kritis.
Pada prakteknya, memang masih ada saja penjual nakal yang mencantumkan harga mahal pada wagyu meltique yang tidak lain adalah wagyu "imitasi". Agar tidak tertipu, coba tanyakan asal-usul wagyu yang mereka jual, “Asalnya dari negara mana? Brand-nya apa? Apakah memang benar wagyu?". Berbeda dengan daging biasa, wagyu selalu punya asal-usul yang jelas dan penjual pasti mengetahuinya.
3. Membeli Di Tempat Penjualan Yang Tepercaya.
Cara ketiga ini adalah yang paling praktis. Restoran atau Meat shop yang tepercaya tidak akan mengorbankan reputasi yang telah dibangun bertahun-tahun, hanya untuk mendapatkan untung besar sesaat saja.
Itulah fakta bahwa meltique beef itu berbeda dengan wagyu. Semoga bermanfaat.