Bahan Hidangan Jamuan Istana
Sejarah daging wagyu di Jepang dapat ditelusuri jejaknya sejak ribuan tahun silam. Wagyu yang secara harfiah berarti Sapi Jepang pertama kali dibawa oleh para musafir China sekitar tahun 200 masehi. Selama lebih dari 1600 tahun, sapi hanya digunakan sebagai hewan pekerja karena terdapat larangan mengkonsumsi daging sapi dan binatang berkaki empat lainnya.
Kondisi tersebut tiba-tiba berubah menyambut kedatangan para diplomat asing abad 19. Jenis masakan barat yang biasanya menggunakan olahan daging sapi mulai membaur dalam kuliner Jepang. Perubahan ini sempat ditentang oleh para pengikut ajaran Buddha yang umumnya tidak makan daging.
Meski mendapat penolakan, tren jenis masakan daging baru keburu menyebar ke penjuru negeri. Kuliner Jepang seperti sashimi, yakiniku, shabu shabu, atau sukiyaki mulai menambahkan pilihan daging wagyu sebagai bahan bahan makanan premium. Tidak butuh waktu lama sampai wagyu asli Jepang bertransformasi menjadi hidangan jamuan Istana Kekaisaran yang mulai terbuka pada kebudayaan barat.
Bukan Daging Sapi Biasa
Wagyu asli Jepang mengacu pada empat jenis ras sapi murni yang diawasi kualitas dan garis keturunan genetiknya oleh pemerintah. Pekerjaan ini menjadi tugas Asosiasi Penilai Daging Jepang yang dibentuk pada 1968. Semua sapi Jepang yang termasuk dalam keturunan Japanese Black, Japanese Brown, Japanese Polled, dan Japanese Short secara kolektif diberi nama “Wagyu.”
Asosiasi Penilai Daging Jepang menaungi seluruh rantai produksi, distribusi, hingga peternakan. Hanya anggota asosiasi yang berhak menggunakan logo dan merek resmi Wagyu. Kobe Beef merupakan satu dari lebih dari 320 merek wagyu asli Jepang yang telah diakui kualitasnya sejak abad 19.
Sejarah daging wagyu di Jepang tiba di titik puncak ketika pemerintah Jepang menetapkan bahan makanan premium ini sebagai harta nasional pada 1997. Sapi Jepang tidak bisa lagi diekspor sembarangan demi menjaga nilai eksklusif dan kualitas daging wagyu.