TRANSLATE

Makna Buku Adalah Jendela Ilmu Pengetahuan Ala Duniasapi.com

Makna buku adalah jendela ilmu pengetahuan, apa maksudnya? Artinya adalah semakin sering membaca buku akan menambah banyak wawasan hingga menjadi pintar. Pada jaman sekarang, makna tersebut sudah kurang tepat. Mengapa? Karena tidak harus membeli buku pun, wawasan atau pengetahuan mudah didapat, contohnya melalui internet.

Seperti halnya pengetahuan tentang sapi. Pada jaman dahulu, ilmu tentang sapi hanya didapat melalui pengalaman yang kemudian diturunkan kepada keturunan peternak yang memeliharanya. Setelah itu muncul berbagai pendidikan berbayar tentang sapi yang diberikan di sekolah menengah hingga perguruan tinggi. Kini, ilmu tersebut bisa didapat secara gratis melalui berbagai situs web, diantaranya adalah duniasapi.com ini.

Selamatkan Peternak Indonesia ! Demikian tagline yang dicanangkan, sebagai hasil kesepakatan dari para pengelola website ini yang terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari para pelaku bisnis ternak sapi, pengurus komunitas peternak, hingga para tenaga pendidik yang memiliki idealisme untuk terus memperjuangkan nasib para peternak sapi di Indonesia.

 

Mengapa peternak harus diselamatkan?

Peternakan sapi sebagai contoh, mayoritas masih berskala kecil dan merujuk pada sistem pemeliharaan konvensional. Ciri khas peternakan dengan model tersebut adalah tidak pernah mengenal apa yang disebut sebagai segitiga produksi peternakan, yaitu keterpaduan langkah antara bidang pembibitan (Breeding), pakan, (Feeding), dan tata laksana (Management). Padahal ketiga hal tersebut sangat berpengaruh pada tingkat kesuksesan peternak.

Ketidakmengertian peternak disebabkan utamanya oleh minimnya ilmu pengetahuan dan ketrampilan peternak akibat “keyakinan”, bahwa tatacara beternak sapi yang telah mereka jalankan sejak jaman dahulu itu adalah yang terbaik. Mereka lupa bahwa situasi dan kondisi sekarang ini telah jauh berubah.

Bibit sapi unggul yang dahulu mudah didapatkan, sekarang seperti barang antik yang semakin sulit dijumpai. Bibit yang tersedia bukan lagi keturunan murni dari ternak sapi asli yang memiliki banyak kelebihan dalam hal penyesuaian terhadap situasi dan kondisi di lokasi peternakan tersebut berada.

Juga ketersediaan pakan yang tidak lagi mencukupi akibat terjadinya alih fungsi lahan. Peternak sapi pada saat ini tidak lagi bisa mendapatkan pakan secara gratis, karena harus mengeluarkan biaya minimal untuk tranportasi.  Artinya diperlukan modal lebih besar untuk membeli pakan, walaupun hanya mempertahankan hidup ternak sapinya.

Cuma bertahan hidup? ya! Karena untuk bisa mencapai target pertambahan berat badan tertentu, jumlah biaya yang harus dikeluarkan akan semakin besar, termasuk resiko yang harus ditanggung. Bukan saja pada saat pemeliharan tetapi juga pada saat penjualan. Hal itu terjadi karena tataniaga yang semakin kacau, akibat beberapa kebijakan pemerintah yang tidak pro kepada peternak sapi. Salah satu contohnya adalah tidak terkontrolnya distribusi daging impor.

Sejumlah daging eks impor yang pada awalnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan industri justru membanjiri pasar tradisional. Akibatnya, harga ternak sapi terus merosot karena harus bersaing dengan daging impor yang harganya dipatok jauh lebih murah daripada daging sapi lokal yang dijual di pasar becek.

Tak hanya itu, kelangsungan bidang usaha peternakan sapi juga semakin terancam. Hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Asia, termasuk Indonesia, mayoritas generasi muda kurang menunjukkan minat terhadap bidang peternakan sapi, sementara para peternak yang ada semakin bertambah usianya.

Dari hasil Sensus Pertanian Tahun 2015, jumlah peternak sapi di indonesia saat ini kurang lebih 5.200.000 orang. Jumlah tersebut terbagi berdasarkan umur sebagai berikut:

  • Diatas 45 tahun: 3.120.000 orang.
  • Antara 35 - 45 tahun: 1.352.000 orang.
  • Dibawah 35 tahun:   624.000 orang.

Bayangkan apa yang akan terjadi 10-15 tahun mendatang? Ketika peternak yang sekarang berumur diatas 45 tahun tidak mau lagi memelihara sapi karena faktor kemampuan fisik dan psikisnya sudah jauh menurun ? Coba hitung berapa jumlah penggantinya, tidak ada separuhnya bukan? Lantas, bagaimana Swasembada dapat tercapai dengan jumlah peternak yang semakin menyusut?

Atas dasar itulah, pada tahun 2004 kami mencoba membuat website, sebagai pengganti makna buku adalah jendela ilmu pengetahuan serta solidaritas kami kepada para peternak sapi. Website yang sering dikunjungi oleh para peternak sapi ini kami gunakan untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan tentang peternakan melalui teknologi internet. Target utamanya adalah peternak pemula. Kami tidak dapat berharap banyak kepada para peternak sapi senior karena rata-rata mereka tidak akrab dengan teknologi informasi.

Target selanjutnya adalah para calon peternak yang kami harapkan bisa menjadi generasi penerus. Itu sebabnya, konten yang di-upload adalah artikel-artikel yang menarik, menyenangkan, dan ringan melalui pemilihan tata bahasa yang mudah dimengerti, namun tetap berbobot dalam hal isi.

Respon dari para pembaca ternyata sangat luarbiasa. Dalam tempo tidak terlalu lama, jumlah pengunjung website yang sering dikunjungi oleh para peternak sapi meningkat luar biasa. Bahkan seringkali “down” karena tidak sanggup melayani.

Pada tahun 2007, kami meng-upgrade website ini agar lebih “powerfull”, walaupun pada kenyataannya hanya mampu bertahan 3 tahun saja dan kembali mengalami banyak kendala akibat melimpahnya pengunjung.

Pada tahun 2010, kami kembali melakukan upgrade pada website yang sering dikunjungi ini, dan memutuskan untuk mengelolanya secara profesional dibawah PT. Rumpun Sejathi. Reborn dan relaunching versi baru, dilakukan pada event akbar "Indolivestock" Tanggal 08 Juli tahun 2010, disaksikan langsung oleh  Menteri Pertanian Republik Indonesia pada saat itu yaitu Bapak Ir. H. Suswono, MMA.

Kami juga aktif mengadakan kegiatan offline, berupa Program Pendidikan dan Pelatihan Wirausaha Ternak untuk aneka jenis komoditas ternak, serta menyediakan layanan konsultasi profesional di bidang peternakan untuk peternak ataupun calon peternak.

Upaya yang kami lakukan beberapa tahun silam, untuk memberi makna buku adalah jendela ilmu pengetahuan pada jaman now kini membuahkan hasil. Para purna bakti (pensiunan), profesional, karyawan dan para pelajar banyak yang tertarik untuk beternak. Semoga menjadi awal yang baik untuk kemajuan dan kemandirian peternak di negara kita tercinta ini....

Salam peternak !