Battle of The Queens, Lomba Sapi di Swiss Tanpa Pertumpahan Darah

Lomba peragaan busana atau lomba nyanyi? Ahh… ini sudah biasa bukan?! Bagaimana ceritanya dengan lomba sapi? Ya, sapi pun punya ajangnya tersendiri untuk berkompetisi. Di banyak negara di dunia, sapi mendapatkan tempat di arena pertandingan. Ada yang sekedar lomba ‘adu kemolekan’ ada pula yang ‘adu ketangkasan alias kekuatan’. Di Indonesia ada Karapan Sapi yang dikenal dari Madura.

Di India ada Maramadi yang jenis pertandingannya sangat mirip dengan Karapan Sapi. Nah, di Swiss ternyata juga ada adu hewan serupa. Seperti apa kira-kira lomba-lomba sapi di Swiss itu? Berikut Dunia Sapi berikan ulasannya.

 

 

SAPI BAK RATU

Swiss ini memiliki pertarungan sapi yang cukup unik. Mengusung nama Battle of The Queens, adu sapi ini diadakan di kampung Aproz, Swiss. Sapi yang dipertandingkan adalah Herens, yaitu sapi yang dikenal memiliki sifat agresif. Meski sekilas terdengar mengerikan, tetapi jangan bayangkan pertandingan sapi ini layaknya adu banteng di Spanyol yang bisa sampai ada pertumpahan darah.

Sebaliknya, para peternak akan memperlakukan sapinya bak ratu alias queen, sehingga mereka tak membiarkan para sapinya mengalami luka serius. Lomba sapi ini tak cukup membuat senam jantung. Pasalnya, dalam lomba ini kebanyakan akan diisi dengan saling dorong satu sama lain sambil mengunci tanduk lawan. Apabila salah satu sapi telah berbalik dan berjalan pergi, maka sapi tersebut terhitung kalah.

Dalam permainan ini, mulanya seluruh sapi kelas berat dilepas di sebuah arena. Mereka pun lantas menandai kekuasaannya. Sapi yang lemah akan terusir dengan sendirinya. Sementara itu, sapi yang kuat bakal bertahan hingga akhirnya tersisa dua sapi yang saling mendorong dengan kepalanya. Sapi yang pergi atau berpaling maka dianggap kalah dalam pertandingan ini. Namun, jika sapi sampai kehilangan kontrol dan menyerang sembarangan, maka akan ada pemilik sapi yang masuk dan menenangkan keduanya agar tak terjadi pertumpahan darah.

Oddity Central pernah melansir jika sejumlah sapi peternak dilaporkan pernah kehilangan tanduk dan memiliki bekas luka. Akan tetapi, luka tersebut tidaklah serius. Ajang adu sapi ini menarik perhatian para peternak di seluruh penjuru Swiss. Mereka ingin menguji ketahan sapinya dan dilihat oleh kerumunan orang.

 

 

LOMBA BERDASARKAN USIA

Di dunia fauna dikenal siapa yang kuat dia-lah yang menang. Tak peduli senior dan junior dari segi usia. Namun, pertandingan Battle of The Queens berbeda! Dalam adu sapi ini, peserta dibagi menjadi 5-6 kategori berdasarkan berat badannya. Kontestan pun harus berusia antara 3-11 tahun. Dengan demikian, lawan bermainnya dalam kondisi sepadan.

 

 

MENJADI PERTANDINGAN PENTING

Pertandingan sepakbola, basket, voli, renang atau kejuaraan olahraga lain hampir selalu menyedot animo masyarakat. Gelaran sepakbola bahkan mampu menyedot gempita di seluruh penjuru negeri bahkan dunia. Tak ingin kalah dengan perhelatan olahraga manusia, sapi yang berlaga dalam Battle of The Queens pun memiliki caranya sendiri untuk menyedot animo warga Swiss.

Tak tanggung-tanggung, pertandingan sapi ini bukan saja bisa dilihat secara langsung, melainkan juga melalui televisi. Eloknya lagi, ada pula radio khusus yang menyiarkan jalannya pertandingan tersebut. Dengan demikian, warga yang berada jauh dari lokasi pertandingan tetap tak kehilanan informasi.

Wah-wah benar-benar bak raja bukan para sapi Herens tersebut?! Pemenang dalam lomba ini praktis akan menambah prestise bagi pemiliknya sekaligus nilai jual sapi tersebut.

Bank di Lamongan ini Melayani Kebutuhan Sperma Dari Berbagai Jenis Sapi

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Bank sperma adalah tempat yang melayani pembekuan dan penyimpanan sperma. Sperma dari donor akan disimpan dalam tabung pendingin berisi nitrogen cair. Umumnya, sperma tersebut dapat disimpan selama lima tahun. Baca selengkapnya...
Mahalnya Harga Daging Sapi Bukan Salah Peternak

Mahalnya Harga Daging Sapi Bukan Salah Peternak!

Menurut peneliti dari Center for Indonesia Policy Studies (CIPS), Felippa An Amanta, penyebab utamanya adalah rantai distribusi daging sapi yang sangat panjang. Sebelum sampai ke tangan konsumen harus melewati tujuh hingga sembilan tahapan. Dimulai dari peternak atau tempat penggemukan sapi (feedlot) yang menjual kepada pedagang kecil. Selanjutnya pedagang kecil ini menjualnya kembali kepada pedagang skala besar. Baca selengkapnya...

Peternak di Gresik Beri Ramuan Khusus Agar Sapi Sembuh dari Penyakit Mulut dan Kuku

Selain rutin membersihkan kotoran di kandang, baik kotoran padat maupun cair, peternak tersebut juga memberikan pengasapan kecil atau bediang di sekitar area kandang sapi. Dan untuk mencegah lalat menempel pada kaki sapi, disemprotkan sedikit cairan solar.Untuk mencegah sapi terserang penyakit juga diberikan ramuan yang dicampurkan pada pakan, Racikannya diperoleh turun temurun menggunakan bahan2 yang mudah didapat sesuai kebutuhan, antara lain Kunir dan bawang putih. Baca selengkapnya...