Lamtoro atau biasa disebut juga dengan nama petai cina, kandungan nutrisinya yang terdapat didalamnya memang tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pada proses penggemukan sapi.
Berdasarkan penelitian, daun lamtoro mengandung Protein Kasar (PK) lebih dari 20 persen, Neutral Detergent Fibre (NDF) berkisar 40 persen, Acid Detergent Fibre (ADF) berkisar 25 persen kecernaan lebih dari 65 persen dan energi termetabolisme (ME) sebesar 11 MJ/kg.
Lamtoro yang mempunyai nama latin Leucaena leucocephala, adalah salah satu dari sekian banyak hijauan pakan ternak (HPT) yang mudah ditemukan di Indonesia. Selain karena cepat sekali tumbuh, juga terkenal mudah beradaptasi dengan berbagai kondisi iklim bahkan dapat bertahan hidup di iklim kering sampai 7 bulan.
Namun demikian, lamtoro bukanlah tanaman asli Indonesia, melainkan dari semenanjung Yucatan di Meksiko. Sebagai pakan, daun lamtoro ini sangat disukai ternak ruminansia dan sangat ramah lingkungan karena dapat menurunkan produksi gas metan didalam rumen.
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry menyebutkan bahwa, penelitian dan pengembangan lamtoro khususnya kultivar Tarramba untuk pakan sapi penggemukan sudah dilakukan di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak tahun 2010.
Karena terbukti sangat bermanfaat, tanaman lamtoro kemudian dikembangkan oleh para peternak di NTB khususnya di pulau Sumbawa sebagai satu cara ternak sapi cepat gemuk.
Banyak peternak menggunakan daun lamtoro sebagai pakan utama untuk penggemukan sapi Bali. Bahkan untuk menggemukkan sapi antara 4 sampai 12 bulan, persentase daun lamtoro yang diberikan mencapai 100%.
Setelah dilakukan penelitian, tingkat kenaikan berat badannya berkisar 0,4-0,6 kg/hari, dengan persentase karkas yang diperoleh lebih dari 50%, cukup memuaskan bukan?
Tak hanya itu, cara ternak sapi cepat gemuk dengan memberi pakan daun lamtoro juga dapat memperpendek jangka waktu pemeliharaan. Karena peternak dapat menghasilkan sapi penggemukan dengan berat jual atau berat potong 250 kg, pada umur yang lebih muda.
Peneliti sapi dari BPTP NTB, Tanda Panjaitan menyatakan bahwa, pelayuan daging sapi Bali yang diberi pakan lamtoro pada suhu 2 derajat Celcius selama tujuh hari dihasilkan nilai shear force kurang dari 5 kg/cm2 yang artinya daging sapi Bali yang diberi pakan lamtoro tergolong empuk.
Keistimewaan lainnya, kandungan asam lemak jenuh atau lemak yang berpotensi buruk bagi kesehatan tubuh jauh lebih rendah. Kebalikannya, kandungan asam linoleat yang berperan dalam produksi sel, mengatur sistem saraf dan memperkuat sistemkardiovaskular justru meningkat. Cita rasanya juga lebih juicy dengan warna daging yang tampak segar.
Sumber: disnakkeswan.ntbprov.go.id