SPP merupakan kewajiban yang harus dibayarkan setiap bulan selama masa pendidikan yang akan digunakan untuk: meningkatkan kualitas layanan pendidikan, mendorong partisipasi orang tua dalam pendidikan, menyediakan dana operasional untuk sekolah, mendukung keberlanjutan lembaga pendidikan, serta mendorong pemahaman tentang kemandirian finansial.
Saat ini SPP hanya diberlakukan pada sekolah-sekolah berstatus swasta. Sedangkan sekolah negeri tidak dipungut biaya SPP karena gratis.
Meski demikian, pada prakteknya ada juga sekolah swasta yang menggratiskan SPP seperti yang ada di Ponorogo ini.
SMK 1 PONOROGO, SEKOLAH SWASTA YANG MENGGRATISKAN SPP
SMK 1 adalah sekolah rintisan yang dikelola oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Ponorogo.
Sekolah ini hadir dengan konsep pendidikan dan pelatihan wirausaha berwawasan lingkungan untuk para siswa, tanpa perlu khawatir dengan biayanya.
Biaya memang adalah menjadi masalah krusial di daerah ini karena sebagian besar masyarakatnya memiliki profesi sebagai petani atau peternak sapi skala kecil yang tergolong ekonomi lemah.
Akibatnya setelah lulus dari SMP atau MTs, mereka lebih memilih memilih bekerja di ladang daripada melanjutkan sekolah ketingkat yang lebih tinggi.
Kondisi diatas mendorong SMK 1 Pemda Ponorogo untuk menampung ulang para siswa putus sekolah tersebut. Untuk biaya pendidikannya, kepada para siswa hanya diminta untuk mengumpulkan kotoran sapi dari kandang sapi milik keluarganya, kemudian disetor setiap hari kepada pengurus sekolah sebagai pengganti SPP.
Sedangkan bagi siswa yang tidak punya ternak sapi sendiri, diminta untuk mencari kotoran sapi di sekitar lingkungannya.
Tidak ada patokan jumlah atau volume kotoran sapi yang wajib disetorkan siswa ke sekolah, karena tujuan kebijakan ini selain memberikan pendidikan lanjutan juga untuk mengedukasi siswa dan masyarakat, agar semakin peduli dengan masalah pecemaran lingkungan yang diakibatkan oleh sekitar 300 ton kotoran sapi yang dibuang sembarangan ke sungai setiap hari.
Setelah berjalan beberapa waktu, program ini terbukti sangat membantu siswa untuk dapat terus melanjutkan pendidikan formalnya, serta memberikan pembelajaran agar semakin trampil mengolah kotoran sapi, menjadi bahan baku pembuatan pupuk yang memiliki nilai ekonomis.
Setiap bulan kotoran sapi ini dibeli oleh pengepul untuk disetor ke pabrik pupuk organik di Madiun. Hasilnya selain digunakan sebagai pengganti biaya SPP, juga untuk menyediakan berbagai fasilitas Pendidikan yang dapat digunakan oleh para siswa secara gratis.
Bahkan, jika mereka mencapai target tertentu, mereka akan mendapatkan bonus berupa tabungan.
Berkat upaya ini, SMK 1 pernah meraih juara 1 tingkat nasional dalam pengelolaan limbah.
Sepertinya layak dicontoh dan diterapkan di daerah lain...