Pada 2018, Mita resmi menjadi peternak perempuan binaan Frisian Flag Indonesia (FFI) lewat koperasi tempatnya bernaung, yaitu Koperasi Bangun Lestari. Berkat kualitas susu sapinya yang bagus, Mita terpilih sebagai peternak perempuan yang mendapatkan pelatihan di Belanda terkait peternakan sapi perah pada 2019.
Berkat ilmu yang didapatkannya saat mengikuti pelatihan dari Belanda, ia berhasil meningkatkan produktivitas susu sapi sebesar sekitar 5 liter hingga produksi susunya saat ini mencapai sekitar 21-22 liter per ekor sapi. Kisah Mita pun difilmkan oleh FFI dengan menggandeng sutradara Nia Dinata.
Nur Kurniati Aisyah Dewi yang dikenal sebagai Nia Dinata (lahir 4 Maret 1969) adalah seorang sutradara Indonesia. Perempuan berdarah Sunda dan Minang ini adalah cucu dari pahlawan nasional Otto Iskandardinata dan putri dari Dicky Iskandardinata.
Awal karier sutradara wanita ini berangkat dari pembuat klip video dan film iklan. Pada awal tahun 2000, Nia mendirikan perusahaan film independen Kalyana Shira Film. Ia lalu menjadi sutradara film Ca Bau Kan (2002) yang diangkat dari novel dengan judul sama karya novelis Remy Sylado.
Dengan setting cerita tahun 1930-an, menceritakan kisah tokoh pejuang berkebangsaan Tionghoa. Film ini mendapat berbagai penghargaan dari berbagai festival internasional.
Pada tahun 2004, dia menyutradarai film Arisan! Sangat sukses dari sisi penjualan, mendapat pujian dari kritikus film serta memperoleh banyak penghargaan, termasuk dari Festival Film Indonesia dan MTV Movie Awards.
Menyusul karya sukses lainnnya yaitu Berbagi Suami, film yang membahas mengenai poligami dalam tiga segmen serta melibatkan banyak pemain film/teater kawakan, seperti Ria Irawan, Jajang C. Noer, dan Tio Pakusadewo.
Selain sebagai sutradara film, Nia juga pernah terlibat di dunia tari. Salah satu kiprahnya di bidang seni tari adalah ketika ia berkolaborasi dengan maestro tari Tom Ibnur, di mana Nia menjadi penulis naskah dalam karya tari Padusi yang mengangkat legenda perempuan Minangkabau. Karya ini melibatkan nama-nama besar, seperti Ine Febriyanti, Jajang C. Noer, Niniek L. Karim, Arswendy Nasution dan Marissa Anita, serta 50 penari dan musisi yang disutradarai Rama Soeprapto itu kemudian dipentaskan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Nia Dinata tak menyangka bisa mengangkat kisah Mita Kopiyah, karena tak tahu banyak soal seluk beluk profesi peternak sapi yang dilakukan oleh seorang perempuan. Hal lain yang membuatnya terenyuh, karena di balik profesi tersebut ada niat mulia dalam meningkatkan gizi seseorang. Apalagi setelah Ibu Mita berkata 'lebih baik capek ngurus sapi sendiri, jadi bos sendiri, daripada cari kerjaan', dan ia punya mimpi punya anak yang sukses, lebih pintar dari orangtuanya juga anaknya tak hidup susah.
Dengan ketangguhan dan semangatnya, Mita Kopiyah berhasil mengelola peternakan sapi perah untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Mita Kopiyah juga menginspirasi keluarga-keluarga peternak sapi perah lain di wilayahnya, mereka menjadikannya sebagai sosok Pahlawan Kemajuan Keluarga Pilar Sejahtera.
Menurut Nia Dinata, peternak sapi perempuan itu jarang, maka ia terinspirasi untuk membuat filmnya, setelah melakukan riset dengan obrolan panjang lewat video call dengan Mita Kopiyah di tahun lalu.
Nia Dinata bersama tim produksinya membeberkan suka duka saat proses syuting film 4 menit ini di Tulungagung. Selama syuting film tersebut mereka semakin dekat dengan alam. Mereka juga harus melakukan pendekatan terlebih, antara lain mengusap-usap sapi seharian untuk berkenalan, agar syuting berjalan dengan lancar.
Mita Kopiyah dan keluarga besar juga sangat bangga, bahagia dan tak menyangka bila kisah perjalanan hidupnya dibuat menjadi karya film oleh sutradara berkelas. Apalagi saat proses syuting telah usai, dan filmnya diputar di banyak tempat.