Bakteri Salmonella memiliki lebih dari 1.800 variasi yang berbeda di dalam spesies bakteri atau virus atau di antara sel-sel kekebalan individu yang berbeda. Setiap bakteri mempunyai jenis hewan sebagai pembawanya seperti Salmonella pullorum dan Salmonella gallinarium menggunakan unggas, Salmonella abortus menggunakan babi serta Salmonella Dublin melalui ternak sapi.
Penularan dan Gejala Penyakit Salmonellosis Penyebab Penurunan Produksi Susu dan Daging Pada Sapi
Salmonellosis bersifat zoonosis, artinya bisa menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Sebagian besar penularan berasal dari produk peternakan seperti susu dan daging yang terkontaminasi bakteri Salmonella, ataupun melakukan kontak langsung dengan hewan penderita penyakit tersebut.
Penyakit ini bersifat endemik, maksudnya walaupun tetap ada tapi tetap bisa diatasi. Akan tetapi cenderung meningkat jika terjadi pencemaran lingkungan dan sanitasi yang buruk. Indonesia pernah mengalami wabah Salmonellosis yang menyerang kerbau pada tahun 1981 di Tanah Karo, Sumatera Utara. Itulah mengapa penerapan Farm Animal Hygiene perlu diperketat terutama di rumah pemotongan hewan seperti sapi potong.
Jalur utama penularan Salmonellosis berlangsung melalui saluran pencernaan. Baik hewan atau manusia yang makan atau minum bahan makanan tercemar Salmonella akan tertular penyakit ini. Selain itu, apabila kebersihan lingkungan peternakan tidak dijaga, feses yang dikeluarkan oleh hewan ternak bisa menjadi media penularan bakteri. Penderita Salmonellosis, hewan dan manusia, mengekskresikan bakteri selama 3-4 bulan meskipun telah dinyatakan sembuh.
Sapi dewasa penderita Salmonellosis akut, gejala yang tampak adalah lesu, demam, dan kurang nafsu makan. Sedangkan pada sapi perah tampak penurunan produksi susu. Selanjutnya, kondisi sapi diikuti oleh diare, feses encer serta mengandung lendir dan darah. Sapi yang hamil bisa mengalami keguguran dengan waktu kematian 3-4 hari setelah hewan menderita Salmonellosis, namun bisa sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan setelahnya.
Sedangkan anak sapi berusia 2 – 6 minggu yang terserang Salmonella menunjukkan gejala tanpa diikuti diare, dehidrasi dan demam. Tidak hanya itu, tubuh anak sapi cenderung kurus dari hari ke hari. Angka kematiannya bisa mencapai 20% dari total populasi anak sapi.
Pencegahan dan Pengobatan Gejala Penyakit Salmonellosis Penyebab Penurunan Produksi Susu dan Daging Pada Sapi
- Seperti halnya penyakit menular lain, sapi yang terkena Salmonellosis harus dipisahkan dari sapi sehat. Pengobatan bisa dilakukan dengan memberi sulfonamide dan antibiotika sesegera mungkin jika gejala klinis muncul. Kemudian berikan vaksin Salmonella Dublin pada anak sapi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan bakteri.
- Upaya pencegahan Salmonellosis adalah membangun kandang yang tidak mudah dimasuki tikus, melakukan vaksinasi dengan vaksin aktif, dan mencegah hewan terinfeksi (carrier) bercampur di dalam peternakan tanpa screening terlebih dahulu.
- Teknik penggembalaan sebaiknya dilakukan dengan cara pasture rotation, artinya dengan melakukan rotasi. Jika penggembalaan tanpa rotasi berlangsung, sapi mudah terkena penyakit dimana saja.
- Pemberantasan hewan pembawa penyakit ini seperti serangga, hewan pengerat, dan burung liar) perlu dilakukan secara rutin .
- Vitamin B atau Niacin wajib ditambahkan pada pakan.
Baca juga: Waspadai Sesak Nafas Akut Pada Sapi
Meskipun obat untuk Salmonellosis kini mudah didapatkan, bagaimanapun mencegah tentu akan lebih baik daripada mengobati.