Dari situlah Minke mulai berpikir untuk memproduksi makanan sehat diatas air. Menurutnya, jumlah lahan yang subur sudah berkurang, sedangkan populasi dunia terus bertambah. Kemudian 70% dari dunia adalah air, mengapa kita tidak mencoba menghasilkan makanan sehat yang cukup di masa depan, dengan menmanfaatkan perairan.
Kini ia sedang menguji sebuah peternakan yang berisi 32 ekor sapi perah di perairan dekat kota Schiedam. Lokasi tersebut adalah sebuah pelabuhan seluas 105 kilometer persegi, yang dilewati kapal-kapal kontainer dari seluruh dunia, sehingga dapat dikatakan sebagai jantung salah satu kawasan industri urban di dunia, yang jauh dari ladang hijau seperti peternakan konvensional.
Peternakan terapung ini dilengkapi dengan teknologi peternakan terbaru seperti sistem pemberian makan otomatis, robot penyapu kotoran, stasiun pembersihan mandiri, dan aplikasi smartphone yang digunakan untuk memonitor sapinya. Unit pengolahan susu dan pupuk kandang terletak di dek bawah, atap kandang digunakan untuk menampung air hujan. Daya listrik untuk peternakan berasal dari panel surya yang mengambang di dekatnya. Padang rumput yang terletak sisi dermaga memberi kesempatan pada hewan untuk berada di tanah kering.
Peternakan terapung ini juga memiliki teknologi pengolahan limbah yang memisahkan bahan kering dari urin, agar dapat digunakan sebagai alas untuk sapi. Sedangkan cairan urin diubah menjadi pupuk organik.
Kini, peternakan sapi terapung ini sudah bisa melayani pengunjung yang ingin membeli secara offline maupun online, produk-produk seperti: susu segar, susu pasteurisasi, atau yoghurt.
Baca juga: Harga Sapi Perah Dan Cerita Tentang Keju Mozarella Khas Malang
Sumber: tempo.co