Parah, Pertandingan Sepakbola Siaran Langsung Ini Diganggu Oleh Gerombolan Sapi!

Keberhasilan Timnas Indonesia yang berhasil mengalahkan juara bertahan Thailand 2-1 pada sepakbola siaran langsung, menuai banyak pujian dari banyak pihak, tak terkecuali Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-o-cha.  Meski sempat tertinggal 0-1 di babak pertama lewat gol Teereasil Dangda, timnas Indonesia berhasil melesakkan dua gol melalui Rizky Pora dan Hansamu Yama Pranata pada babak kedua.

Timnas Indonesia pun menjadi tim pertama yang bisa mengalahkan Thailand di Piala AFF 2016. Dari lima laga yang dilakoni, tim asuhan Kiatisuk Senamung itu selalu mampu meraih kemenangan. Melihat performa luar biasa Indonesia, Prayut mulai cemas negaranya bakal gagal mempertahankan Piala AFF. Prayut menilai Indonesia tim yang kuat. Namun demikian, Timnas Indonesia harus mewaspadai berbagai hal yang dapat mengganggu pertandingan pada babak final nanti.

Yang mulai menjadi ancaman serius adalah depresi dan kesehatan mental. Hasil penelitian FIFPro pada sejumlah kesebelasan sepakbola, menunjukkan satu dari tiga pemain menunjukkan gejala depresi. Depresi paling sering terjadi itu pada pemain yang  baru saja mendapatkan cedera serius. Gangguan lain pada pertandingan sepakbola siaran langsung, berasal dari penonton, salah satunya adalah gangguan sinar laser seperti yang dikeluhkan Penjaga gawang tim nasional Thailand, Kawin Thamsatchanan pada partai final pertama Piala AFF 2016 di Stadion Pakansari, Bogor, Rabu (14/12/2016).

Diluar itu, ternyata ada gangguan pertandingan sepakbola yang aneh-aneh. Bukannya membuat kesal, malah menjadi hiburan yang membuat para penonton tertawa. Seperti yang terjadi dalam sebuah turnamen sepakbola siaran langsung untuk memperebutkan Piala Peru, dimana tiba-tiba ada segerombolan sapi yang masuk ke lapangan sepakbola. Menariknya, segerombolan sapi ini tak lantas meninggalkan lapangan dan memilih bersantai.

Pertandingan pun harus terhenti beberapa lama mengingat tak satu pun pemain dan ofisial pertandingan yang berani mengusir segerombolan sapi ini. Namun, setelah bersabar beberapa waktu, segerombolan sapi ini akhirnya pergi meninggalkan lapangan. Rumput hijau yang berada di lapangan rupanya menarik perhatian sapi yang saat itu tengah digembalakan.

Memang tidak setiap saat para sapi bisa menemui hidangan segar berupa rumput ijo royo-royo. Apalagi saat musim kemarau, dimana pakan hijauan sulit didapatkan. Para peternak akhirnya menggunakan cara lama yaitu memberikan rumput kering yang diciprati air garam untuk menambah selera makan sapi agar bertahan hidup sampai akhir musim kemarau.

Namun para peternak sapi tidak perlu khawatir, Center for Tropical Animal Studies, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (Centras-LPPM-IPB), berhasil menemukan inovasi pengganti pakan rumput bagi ternak, bernama Hi-Fer. Hi-fer adalah hijauan awet permentasi dengan menggunakan Aditif Fermentasi (AF) yang disebut sebagai Hi-fer+, dalam kemasan komersial, praktis untuk disimpan, diangkut, ditransportasi-kan, diperjual belikan, dan praktis diberikan pada ternak serta mampu meningkatkan produktivitas ternak.

Bahan-bahan pembuat larutan Hi-fer+ tidak jauh berbeda dengan bahan pembuat silase konvensional berupa molases atau tetes tebu. Namun diberi tambahan campuran bahan komplemen yang dibuat IPB dan berfungsi untuk meningkatkan keasaman supaya bakteri tidak mudah tumbuh sebelum silase ini jadi. Akan tetapi, kandungan yang terdapat pada larutan Hi-fer+ baru berfungsi maksimal dalam jumlah tertentu. Itu sebabnya, jika akan digunakan, harus diencerkan dengan ditambah air maksimal 75%.

Teknik pembuatan pakan Hi-fer sama dengan silase biasa. Pada rumput yang sudah dicacah, dicampurkan larutan Hi-fer+ yang sudah diencerkan, dengan jumlah 5% dari jumlah rumput. Contohnya, untuk 100 kg rumput maka jumlah larutan Hi-fer yang sudah diencerkan  adalah 5 liter. Kemudian simpan rapat-rapat (dalam wadah tertutup)  selama dua minggu sampai siap dikonsumsi sapi.

Ada beberapa kelebihan Hi-fer dibandingkan dengan silase pada umumnya, antara lain :

  • Tahan lama, dapat disimpan hingga lebih dari 8 bulan tanpa ada pembusukan.
  • Dapat meningkatkan kandungan nutrisi hijauan. Hasil uji laboratorium, untuk silase rumput gajah yang awalnya 3%, dengan Hi-fer+ meningkat jadi 9%-10%.
  • Mengurangi jatah pemberian pakan hijauan plus konsentrat. Yang sebelumnya berupa 20 kg rumput segar dan 10 kg konsentrat sehari. Dengan Hi-fer cukup 5 kg konsentrat ditambah hijauan bentuk silase itu sebanyak 6 kg tiap hari, namun Hi-Fer mampu menghasilkan pertambahan bobot badan rata-rata 1.48 kg/ekor/hari (berdasarkan hasil hasil uji coba yang dilakukan CENTRAS IPB).
  • Dapat mengurangi tenaga kerja, karena tidak perlu orang yang harus mengarit untuk mendapatkan rumput.
  • Tidak hanya untuk sapi potong, pada sapi perah juga bermanfaat karena kandang menjadi bersih dan akan menurunkan jumlah kuman (Total Plate Count/TPC) dalam susu.


Cukup menarik bukan ? Semoga ternak sapi tidak perlu lagi digembalakan dan mengganggu pertandingan sepakbola siaran langsung. Hidup Timnas Indonesia !!!

Suara Sapi Dapat Berubah Sesuai Kondisi Emosi

Menurut ilmu fisika, bunyi atau suara adalah getaran yang merambat sebagai gelombang akustik, melalui media transmisi seperti gas, cairan atau padat. Sedangkan dalam fisiologi dan psikologi manusia, suara adalah penerimaan gelombang dan persepsi yang dapat diolah oleh otak yang salah satunya berfungsi untuk berkomunikasi antar sesamanya. Baca selengkapnya...

Cara Penanganan Sapi Bunting dan Pedet

Usaha pembibitan sapi potong yang dipelihara secara tradaisional, produktivitas masih rendah, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan peternak. Penyebabnya adalah peternak kurang memperhatikan pakan dan perawatan pada induk yang bunting, melahirkan, hingga menyusui, serta cara penyapihan pedet yang kurang tepat. Baca selengkapnya...

Tata Cara Pembuatan Kandang Untuk Usaha Sapi Perah

Hasil produksi sapi perah berupa susu segar ataupun produk olahan. saat ini masih jauh dari jumlah permintaan masyarakat. Munculnya kondisi ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berasal dari hewan sapi itu sendiri. Sementara faktor eksternal disebabkan oleh lingkungan, termasuk di dalamnya pengetahuan umum dan tata cara tentang teknik pemeliharaan ternak, fasilitas kandang, serta iklim dimana lokasi kandang berada. Baca selengkapnya...